Dimanakah Mereka Saat ini Para Tokoh Aktivis’98?

FOTO: Ribuan mahasiswa menduduki Gedung MPR/DPR saat unjuk rasa menuntut Soeharto mundur sebagai Presiden RI, Jakarta, Mei 1998. Selain menuntut diturunkannya Soeharto dari Presiden, Mahasiswa juga menuntut turunkan harga sembako, dan cabut dwifungsi ABRI. TEMPO/Rully Kesuma
FOTO: Ribuan mahasiswa menduduki Gedung MPR/DPR saat unjuk rasa menuntut Soeharto mundur sebagai Presiden RI, Jakarta, Mei 1998. Selain menuntut diturunkannya Soeharto dari Presiden, Mahasiswa juga menuntut turunkan harga sembako, dan cabut dwifungsi ABRI. TEMPO/Rully Kesuma

LEGION NEWS.COM – Aktivis 98 menorehkan sejarah di negeri ini. Pada 22 Mei 1998 atau 24 tahun lalu, Soeharto secara resmi mengundurkan diri sebagai Presiden. Soeharto mengakhiri rezim Orde Baru yang telah berkuasa lebih dari tiga dekade itu.

Bagaimanapun juga, mundurnya Soeharto merupakan satu dari beberapa tuntutan yang disuarakan para aktivis reformasi kala itu. Pidato pamungkas Soeharto disambut dengan sorakan gembira oleh elemen mahasiswa yang dikemudian hari disebut sebagai aktivis 98.

Di Mana Aktivis 98 itu Sekarang?

Membahas soal aktivis reformasi atau aktivis 98, berikut sejumlah mantan aktivis reformasi yang masih aktif berpolitik di Indonesia:

Advertisement

1. Budiman Sudjatmiko

Budiman Sudjatmiko merupakan mantan aktivis 98. Kini ia merupakan politisi PDI Perjuangan dan aktor berkebangsaan Indonesia. Ia dikenal lantaran andil menyusun Undang-Undang Desa dan mendirikan gerakan Inovator 4.0 Indonesia. Selain dikenal sebagai aktivis reformasi, Budiman juga terlibat mendirikan dan memimpin Partai Rakyat Demokratik dan membacakan manifesto PRD di ruang sidang. Dia juga menulis buku, Anak-Anak Revolusi, ini adalah satu dari beberapa sumber informasi mengenai dunia aktivisme pada masa Orde Baru.

2. Ahmad Basarah

Ahmad Basarah menjadi politikus Indonesia di DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan melalui pergantian antar waktu (PAW) tahun 1999 hingga 2004. Pada 2009 hingga 2014 dan 2014 hingga 2019, Ahmad terpilih menjadi anggota DPR/MPR RI periode kedua dan ketiga. Kemudian pada Pemilihan Umum 2019, dia kembali lolos menjadi wakil rakyat untuk kali keempat, mewakili daerah Pemilihan Jawa Timur V yang meliputi Kabupaten Malang, Kota Malang, dan Kota Batu.

3. Adian Napitupulu

Adian Yunus Yusak Napitupulu atau lebih dikenal Adian Napitupulu merupakan mantan aktivis 98. Saat ini Adian menjabat sebagai anggota DPR RI fraksi PDI Perjuangan. Adian mewakili daerah pemilihan Jawa Barat V untuk Kabupaten Bogor sejak 2014. Adian saat ini juga merupakan anggota Komisi VII DPR. Komisi ini memiliki ruang lingkup tugas di bidang energi, riset dan teknologi, serta lingkungan hidup.

4. Andi Arif

Andi Arief adalah seorang politikus dan mantan aktivis Indonesia. Andi menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat sejak 2015. Selain itu, Andi juga pernah menjabat sebagai Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana Alam dari 2009 hingga 2014, pada masa kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

5. Ace Hasan

Tubagus Ace Hasan Syadzily atau Ace Hasan merupakan mantan aktivis 98 yang menjadi politikus. Ia menjabat sebagai anggota DPR-RI periode 2019 hingga 2024. Sebelumnya, ia merupakan anggota PAW DPR-RI sisa masa jabatan 2014 hingga 2019 menggantikan Andika Hazrumy. Andika mengundurkan diri untuk mencalonkan diri sebagai Calon Wakil Gubernur Banten. Ace merupakan kader Partai Golongan Karya, ia duduk di Komisi VIII dan dipercaya sebagai Wakil Ketua Komisi tersebut.

6. Desmond Junaidi Mahesa

Desmond Junaidi Mahesa adalah seorang aktivis yang kemudian menjadi politisi dari Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Desmond menjabat sebagai wakil ketua komisi III DPR dan menjadi wakil dari daerah pemilihan (dapil) Banten II dengan mengantongi 61.275 suara dalam Pemilu Legislatif 2014. Sebelumnya, Desmond menduduki kursi DPR-RI Komisi III wakil dari daerah pemilihan (dapil) Kalimantan Timur dengan mengantongi 13.439 suara dalam Pemilu Legislatif 2009.

7. Fadli Zon

Fadli Zon merupakan seorang politikus dan mantan aktivis Indonesia yang pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia periode 2014 hingga 2019. Bersama Prabowo Subianto, Fadli Zon ikut mendirikan Partai Gerindra dan menjabat sebagai Wakil Ketua Umum. Sejak 8 Oktober 2015, Fadli Zon dipercaya sebagai Presiden Organisasi Parlemen Antikorupsi Se-Dunia atau Chairman of Global Organization of Parliamentarians Against Corruption (GOPAC).

8. Fahri Hamzah

Fahri Hamzah merupakan mantan aktivis yang kini menjadi seorang politikus Indonesia. Dia pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat periode 2014 hingga 2019. Fahri Hamzah awalnya berada di bawah naungan Partai politik Partai Keadilan Sejahtera sejak 2004 hingga 2016. Namun dia dikeluarkan dari partai itu dan mendirikan partai baru Partai Gelora Indonesia.

9. Teten Masduki

Teten Masduki adalah seorang aktivis dan politisi Indonesia. Saat ini Teten menjabat sebagai Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Indonesia sejak 23 Oktober 2019 pada Kabinet Indonesia Maju. Sebelumnya ia pernah menjabat sebagai Kepala Staf Kepresidenan Indonesia pada 2 September 2015 hingga 17 Januari 2018. Teten juga menjabat sebagai Ketua Dewan Penasihat Ikatan Alumni Universitas Pendidikan Indonesia (IKA UPI) periode 2017 hingga 2022.

10. Rama Pratama

Rama Pratama adalah salah seorang pimpinan aktivis mahasiswa pada masa reformasi 1998. Ia kemudian terjun ke dunia politik dan menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat periode 2004 hingga 2009 dari PKS. Pada Pemilihan umum Wali Kota Depok 2020, Rama sempat maju sebagai calon Wali Kota Depok dari PDI Perjuangan. Setelah itu, Ia kemudian ditunjuk oleh Erick Thohir sebagai komisaris utama Telkomsat.

11. Dita Indah Sari

Dita Indah Sari adalah seorang politikus Indonesia dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Saat ini, ia menjabat sebagai Staf Khusus Menteri Tenaga Kerja Ida Fauziyah. Dita Sari pernah ditangkap ketika sedang memimpin aksi di Tandes, Surabaya Juli 1996. Dalam sebuah pengadilan, Dita dijatuhi hukuman delapan tahun penjara beserta beberapa teman-temannya yang lain. Dita Sari pernah ditahan di LP Wanita Malang dan LP Wanita Tangerang periode tahun 1997 hingga 1998. Dita dibebaskan setelah mendapat amnesti dari Presiden Habibie.

Kemudian, pada 1999, Dita Indah Sari mendeklarasikan Front Nasional Perjuangan Buruh Nasional Indonesia. Front ini merupakan penggabungan antara PPBI, yang sempat dicap ilegal era Orde Baru, dengan serikat-serikat buruh lokal seperti PPBS Surabaya, dan SBI Bandung. Dita terpilih sebagai ketuanya. (Sumber: tempo)

Advertisement