Bayi Jadi Korban Busur, Komisi A: 70 Persen Perang Kelompok ada di Utara Kota Makassar

Sejumlah anak dibawah usia 17 tahun saat diamankan aparat keamanan pasca perang kelompok di jalan Sabutung, Kelurahan Pattingalloang Baru. Kecamatan Ujung Pandang, Kota Makassar, beberapa waktu lalu. (Properti IG info Makassar)
Sejumlah anak dibawah usia 17 tahun saat diamankan aparat keamanan pasca perang kelompok di jalan Sabutung, Kelurahan Pattingalloang Baru. Kecamatan Ujung Pandang, Kota Makassar, beberapa waktu lalu. (Properti IG info Makassar)

LEGION NEWS.COM, MAKASSAR – Kembali pecah perang antar kelompok di Makassar. Akibatnya salah seorang bayi menjadi korban saat terjadi perang kelompok di utara kota Makassar.

Perang kelompok pecah di RW 05, Paccelang, Kelurahan Kaluku Bodoa, Kecamatan Tallo, Kota Makassar. Selasa, (1/2).

Permasalahan perang antarkelompok sudah kompleks di Kota Makassar. Terutama di bagian Utara Makassar.

Busur menancap di pipi seorang bayi usia 1,7 tahun di Kota Makassar terkena busur korban perang antar kelompok, Selasa 1 Februari 2022 [SuaraSulsel.id/Istimewa]
Busur menancap di pipi seorang bayi usia 1,7 tahun di Kota Makassar terkena busur korban perang antar kelompok, Selasa 1 Februari 2022 [SuaraSulsel.id/Istimewa]
Ada banyak pemicu dan untuk mengurainya butuh keseriusan pemerintah kota dan aparat penegak hukum di kota Makassar

Advertisement

Hal itu disampaikan langsung oleh salah satu legislator dari Komisi A DPRD Kota Makassar Ray Suryadi yang mengaku prihatin dengan situasi tersebut.

Dilansir dari terkini.id “Saya turut bersedih, yang pertama karena ada bayi yang terkena (busur),” kata dia.

Ia menilai permasalahan perang antarkelompok sudah kompleks di Kota Makassar. Terutama di bagian Utara Makassar. Ada banyak pemicu dan untuk mengurainya butuh keseriusan pemerintah kota.

“Saya lihat kebanyakan dari orang luar, saya tidak bisa pastikan, kalau dipersentasikan hanya 30 persen orang yang ada di sini, mereka terpancing sehingga ikut perang tapi tidak banyak,” kata Ray.

Menurutnya, 70 persen kasus perang antarkelompok berada di luar dari wilayah tersebut. Ia menyebut ada pemicu yang yang berasal dari luar.

“Opini saya ada oknum yang sengaja yang mau benturkan antarkelompok, ada yang sengaja pancing keadaan sehingga di beberapa kelompok terpancing,” tuturnya.

Ia mendorong aparat keamanan dan kepolisian melihat fakta tersebut sebagai salah satu pemicu. Ray mendorong ada pengawasan yang intens dan blokade wilayah.

“Pelakunya rata-rata usia 15-17 tahun, mereka masih mudah dan muda dipancing emosinya, dan mereka dalam kondisi mabuk lem. Mereka sampai hati lakukan hal seperti itu, karena dalam kendali mabuk lem,” paparnya

Ditempat lainnya Camat Tallo, Alamsyah mengatakan bayi tersebut sudah mendapatkan perawatan. Saat ini, kata dia, sudah dipulangkan ke rumahnya di Paccelang, Kelurahan Kaloku Bodoa.

“Korbannya sudah ada di rumahnya,” kata Alamsyah, Selasa, 1 Februari 2022. (LN/Terkini)

Advertisement