LEGION NEWS.COM, MAKASSAR – Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Anggia Erma Rini mengapresiasi teknologi mesin rice to rice yang ada di Gudang Bulog Baru (GBB) Panaikang, di Panakukang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Diketahui mesin tersebut dapat memenuhi kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan beras yang berkualitas dengan nutrisi yang tetap terjaga.
“Adanya mesin rice to rice ini yang memproses dari hasil panen petani yang (kualitas) biasa dijadikan premium dan itu menjadi konsumsi atau menjadi kebutuhan dari masyarakat. Meskipun (alat) ini masih enggak banyak di Indonesia, hanya tujuh yang ada, tetapi menurut saya inovasi yang menarik karena masyarakat juga seneng-nya makan beras apapun itu yang bagus, beras yang premium,” katanya usai memimpin Tim Kunjungan Kerja Reses Komisi IV DPR RI meninjau GBB Panaikang, di Makassar, Jumat (15/10/2021).
Lebih lanjut Anggi mengimbau, yang perlu diperhatikan juga dalam proses mesin rice to rice ini adalah nutrisi yang terkandung di beras yang diolah kembali tersebut, agar Bulog tetap menjaga nutrisi yang dimiliki beras-beras tersebut. Selain itu, Anggi juga mendorong Bulog Cabang Makassar dapat melakukan intervensi dan inovasi yang komprehensif agar dapat mengelola soal perberasan di kawasan Sulawesi Selatan.
“Sulawesi Selatan ini adalah pemasok atau penghasil beras terbesar di luar Pulau Jawa setelah Pulau Jawa. Jadi ini potensi yang luar biasa, makanya perlu intervensi inovasi yang lebih komprehensif juga untuk bisa mengelola itu secara lebih baik,” pesan Anggi.
Politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini juga memaparkan pekerjaan rumah terbesar Bulog yang perlu segera diselesaikan adalah persoalan distribusi. Dimana menurutnya, distribusi beras Bulog masih belum maksimal, yang disebabkan belum terjalinnya sinergitas yang baik antar pemerintah daerah maupun pusat dengan Bulog.
“Tetapi memang sampai hari ini yang menjadi PR bahwa distribusinya masih belum maksimal karena masih belum ada kerja sama. Sebenarnya kami punya pendapat bahwa antar pemerintahan mestinya punya kerja sama yang bagus, karena Bulog ini kan punya tugas untuk menyalurkan, sedangkan penyaluran salurannya itu belum maksimal. Dan menurut saya, bansos (bantuan sosial) itu harusnya pakai beras-berasnya Bulog, enggak beli-beli yang lai. Sampai hari ini (bansos) belum menggunakan beras bulog,” tandasnya.
Sementara itu, Anggota Komisi IV DPR RI Andi Akmal Pasluddin mengakui bahwa memang seharusnya Bulog memiliki diversifikasi yang berkaitan dengan hilirisasi pertanian Indonesia, mengingat saat ini Bulog hanya menampung gabah petani sebesar 10 persen, dan dirinya berharap dengan adanya teknologi mesin rice to rice ini dapat menaikkan harga jual beras petani menjadi beras premium.
“Saya kira memang Bulog ini harus punya diversifikasi. Dengan adanya rice to rice itu sebenarnya bisa membeli berasnya petani, kemudian diolah oleh mereka menjadi beras premium, dan ini bagian daripada upaya Bulog untuk menyerap gabahnya petani lebih banyak lagi, satu sisi juga kebutuhan beras bagi masyarakat yang butuh beras premium,” katanya sembari meminta Bulog untuk terus bersaing ke depannya dalam melayani masyarakat, khususnya petani dalam menyerap gabah petani.
Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini juga menilai, secara teknologi mesin rice to rice yang beroperasi di Gudang Bulog Baru Panaikang Makassar ini tidak terlalu canggih, namun memang sesuai dengan kebutuhan. Ke depan Andi meminta Bulog untuk dapat membuat sendiri mesin tersebut, agar tidak perlu lagi impor.
“Saya kira teknologinya enggak terlalu canggih, tapi kan itu yang dibutuhkan sebenarnya, karena bagaimana membuat beras yang biasa menjadi beras premium, inikan ada proses-proses yang dilakukan. Dan saya kira bangsa kita sebenarnya bisa juga membuat mesin tersebut dan kita dorong kedepannya Bulog bisa ke depannya mesin seperti ini dibuat oleh anak bangsa tidak perlu lagi impor dari luar,” tutupnya. (ndy/sf)