LEGION NEWS.COM, JAKARTA – Pangkostrad Letnan Jenderal TNI Dudung Abdurachman terbilang sering menuai kontroversi, tahun 2020 saat menjabat sebagai panglima Kodam Jaya. Jendral saat itu berpangkat bintang dua tersebut menurunkan baliho-baliho bergambar Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab di Markas FPI jalan Petamburan 3, Tanah Abang, Jakarta.
Kini dia kembali menuai kontroversi setelah mantan Panglima TNI Jenderal Purnawirawan Gatot NurmanGatot Nurmantyo dalam satu diskusi daring “TNI versus PKI”. Minggu, (26/9) mengungkap adanya pembongkaran 3 patung diorama tiga jenderal itu.
Patung ketiga jenderal yang dimaksud ialah Presiden Kedua RI Soeharto, Letnan Jenderal TNI Sarwo Edhie Wibowo, dan Jenderal AH Nasution.
Atas pernyataan mantan Kasad ke 30 tersebut. Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) Letjen Dudung Abdurachman menegaskan sejumlah barang milik mantan Presiden Soeharto terkait peristiwa G30S/PKI masih tersimpan di Museum Darma Bhakti Kostrad.
Dudung membantah pernyataan mantan Panglima TNI, Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo bahwa pihaknya melupakan sejarah dengan menghilangkan patung-patung tokoh nasional, termasuk Soeharto dari museum.
“Foto-foto peristiwa serta barang-barang milik Panglima Kostrad Mayjen TNI Soeharto saat peristiwa 1965 itu masih tersimpan dengan baik di Museum tersebut,” kata Dudung kepada wartawan, Selasa (28/9).
“Hal ini sebagai pembelajaran agar bangsa ini tidak melupakan peristiwa pemberontakan PKI,” tambahnya.
Gatot juga menyatakan bahwa penghilangan patung tokoh nasional G30S/PKI di Markas Kostrad itu sebagai upaya penyusupan paham komunis di militer Indonesia.
Ia menyebutkan bahwa indikasi-indikasi tersebut tidak dapat dibiarkan karena dapat mengulang sejarah kelam tahun 65.
Menurut Dudung, apa yang diucapkan Gatot tak lebih dari sebuah tuduhan.
“Tidak benar tudingan bahwa karena patung diorama itu sudah tidak ada, diindikasikan bahwa AD telah disusupi oleh PKI. Itu tudingan yang keji terhadap kami,” ujar dia.
Dudung menjelaskan bahwa hanya patung diorama Presiden Soeharto, Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) Kolonel Sarwo Edhie Wibowo dan Menteri/Panglima TNI Angkatan Darat Jenderal AH Nasution yang diangkut dari ruangan tersebut.
Hal itu, dilakukan atas permintaan Pangkostrad ke-34, Letjen TNI (Purn) Azym Yusri Nasution sekaligus pembuat patung tersebut. Dudung mengatakan bahwa Azym merasa berdosa karena telah membuat patung tersebut.
“Saya hargai alasan pribadi Letjen TNI (Purn) AY Nasution, yang merasa berdosa membuat patung-patung tersebut menurut keyakinan agamanya. Jadi, saya tidak bisa menolak permintaan yang bersangkutan,” ujar dia.
Dalam keterangan resmi yang diterbitkan oleh Pusat Penerangan Kostrad, disebutkan bahwa pertemuan antara Dudung dengan Azmyn yang meminta pembongkaran patung-patung itu dilakukan pada 30 Agustus 2021 lalu. Bukan inisiatif Kostrad.
Terkait hal itu, Kepala Penerangan Kostrad Kolonel Inf Haryantana menyatakan pembongkaran murni dilakukan pihak museum atas permintaan Panglima Kostrad ke-34 Letnan Jenderal TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution. Azmyn adalah pencetus dibuatnya diorama ketiga jenderal itu.
“Bahwa pembongkaran patung-patung tersebut atas keinginan dan ide Letnan Jenderal TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution, karena pada saat menjabat Pangkostrad periode 9 Agustus 2011-13 Maret 2012, beliau yang membuat ide untuk pembuatan patung-patung tersebut,” ujar Haryantana dalam keterangan tertulisnya, Senin (27/9).
Keinginan pembongkaran itu, menurut Haryantana, pertama diungkapkan oleh Azmyn saat menemui Pangkostrad Letjen TNI Dudung Abdurachman. Dalam pertemuan itulah Azmyn buka-bukaan kepada Dudung soal alasan yang mendasarinya membongkar diorama itu.
“Pada Hari Senin, tanggal 30 Agustus 2021, Panglima Kostrad ke-34 Letnan Jenderal TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution didampingi Kaskostrad dan Irkostrad bersilaturahmi kepada Pangkostrad yang bertujuan meminta untuk pembongkaran patung-patung tersebut,” ucap Haryantana.
Karenanya, ia menegaskan bahwa tidak ada maksud Kostrad untuk membongkar ketiga diorama itu selain untuk memenuhi keinginan dari pencetus didirikannya diorama itu.
“Disimpulkan bahwa Kostrad tidak pernah membongkar atau menghilangkan patung sejarah (penumpasan G30S/PKI) Museum Darma Bhakti di Markas Kostrad, tapi pembongkaran patung-patung tersebut murni permintaan Letnan Jenderal TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution sebagai pembuat ide dan untuk ketenangan lahir dan batin,” tutupnya.
Berikut pernyataan lengkap Kostrad:
Klarifikasi Pembongkaran Patung di Museum Dharma Bhakti di Markas Kostrad
Kostrad mengklarifikasi adanya pemberitaan dalam diskusi bertajuk “TNI Vs PKI” yang digelar Minggu malam (26/9/2021).
Dalam diskusi yang digelar secara daring itu, diputar sebuah klip video pendek yang memperlihatkan Museum Dharma Bhakti di Markas Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) di kawasan Gambir, Jakarta Pusat.
Museum itu berada di bekas ruang kerja Panglima Kostrad (Pangkostrad) Mayjen Soeharto ketika peristiwa G30S/PKI terjadi.
Di dalam museum itu tadinya terdapat diorama yang menggambarkan suasana di pagi hari, 1 Oktober 1965, beberapa jam setelah enam Jenderal dan seorang Perwira muda TNI AD diculik PKI yang ada di tubuh pasukan kawal pribadi presiden, Cakrabirawa.
Adegan yang digambarkan adalah saat Mayjen Soeharto menerima laporan dari Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) Kolonel Sarwo Edhie Wibowo.
Sementara Menteri/Panglima TNI Angkatan Darat Jenderal AH Nasution yang selamat dari upaya penculikan PKI beberapa jam sebelumnya duduk tidak jauh dari Soeharto dan Sarwo Edhie.
Dalam ruang kerja Pak Harto ada patung Pak Harto, Pak Sarwo Edhie, dan Pak Nasution yang menggambarkan saat kritis (setelah penculikan enam Jenderal TNI AD) dan rencana menyelamatkan negara dari pengkhianatan PKI, sekaligus peran utama Panglima Angkatan Darat, Pangkostrad, dan Resimen Parako yang kini menjadi Kopassus.
Oleh karena itu ada beberapa hal yang perlu diklarifikasi terkait diskusi bertajuk “TNI Vs PKI” yang digelar secara daring tersebut :
1. Bahwa tidak benar Kostrad mempunyai ide untuk membongkar patung Pak Harto, Pak Sarwo Edhie, dan Pak Nasution yang ada dalam ruang kerja Pak Harto di Museum Dharma Bhakti di Markas Kostrad.
2. Pada Hari Senin, tanggal 30 Agustus 2021, Panglima Kostrad ke-34 Letnan Jenderal TNI (Purn.) Azmyn Yusri Nasution didampingi Kaskostrad dan Irkostrad bersilaturahmi kepada Pangkostrad yang bertujuan meminta untuk pembongkaran patung-patung tersebut.
3. Bahwa pembongkaran patung-patung tersebut atas keinginan dan ide Letnan Jenderal TNI (Purn.) Azmyn Yusri Nasution, karena pada saat menjabat Pangkostrad periode (9 Agustus 2011 s/d 13 Maret 2012) beliau yang membuat ide untuk pembuatan patung-patung tersebut.
4. Letnan Jenderal TNI (Purn.) Azmyn Yusri Nasution meminta untuk patung-patung yang telah dibuatnya untuk di bongkar demi ketenangan lahir dan batin, sehingga pihak Kostrad mempersilahkan.
5. Bahwa tidak benar Kostrad menghilangkan patung sejarah (penumpasan G30S/PKI). Pembongkaran patung-patung murni keinginan Letnan Jenderal TNI (Purn.) Azmyn Yusri Nasution sebagai pembuat ide.
Demikian informasi sekaligus klarifikasi yang perlu kami sampaikan.
Kami berharap adanya kerja sama yang baik dengan rekan-rekan media terkait pemberitaan yang sudah beredar, sehingga tidak meresahkan dan merugikan Institusi TNI, TNI AD khususnya Panglima Kostrad Letjen TNI Dudung Abdurachman, S.E., M.M
Disimpulkan bahwa Kostrad tidak pernah membongkar atau menghilangkan patung sejarah (penumpasan G30S/PKI) Museum Dharma Bhakti di Markas Kostrad, tapi pembongkaran patung-patung tersebut murni permintaan Letnan Jenderal TNI (Purn.) Azmyn Yusri Nasution sebagai pembuat ide dan untuk ketenangan lahir dan batin. (Penkostrad).
Autentikasi Kapen Kostrad, Kolonel Inf Haryantana, S.H. (**)