VARIAN DELTA, Sebuah catatan dari dokumen internal di Centers for Disease Control and Prevention (CDC), Amerika Serikat.
Mengkonfirmasi kecepatan penularan virus COVID-19 dari varian Delta sama cepatnya dengan penularan virus cacar air dan sama-sama dapat menyebabkan penyakit parah.
Diketahui bahwa infeksi varian Delta asal India menghasilkan jumlah virus di saluran udara sebanyak 10 kali lipat lebih tinggi daripada yang terlihat pada orang yang terinfeksi varian Alpha dari Inggris yang juga sangat menular
Laporan tersebut juga menuliskan bahwa varian Delta lebih mungkin untuk menembus perlindungan yang diberikan oleh vaksin.
Varian Delta lebih menular daripada virus yang menyebabkan MERS, SARS, Ebola, flu biasa, flu musiman dan cacar.
Dikutip dari New York Times Direktur CDC, Rochelle Walensky, mengatakan bahwa, penelitian terbaru menunjukkan orang yang divaksinasi yang terinfeksi varian Delta membawa sejumlah besar virus di hidung dan tenggorokan.
Dr Walensky menyebut penularan melalui orang yang divaksinasi sebagai peristiwa langka. Tetapi beberapa ilmuwan menyebutkan bahwa itu mungkin lebih umum daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Dokumen CDC juga menyebutkan bahwa seseorang yang teinfeksi dengan varian Delta mungkin lebih cenderung menyebabkan penyakit parah.
Studi dari Kanada dan Skotlandia menemukan bahwa orang yang terinfeksi varian Delta lebih mungkin dirawat di rumah sakit, sementara penelitian di Singapura menunjukkan bahwa mereka lebih mungkin membutuhkan oksigen.
Namun, CDC menunjukkan bahwa vaksin sangat efektif dalam mencegah penyakit serius, rawat inap, dan kematian pada orang yang divaksinasi.
Secara keseluruhan, Delta adalah varian yang meresahkan yang sudah kami ketahui sebelumnya.
Tetapi bukan berarti itu merupakan jalan buntu karena vaksinasi masih melindungi dengan kuat terhadap hasil yang lebih buruk,” kata John Moore, ahli virologi di Weill Cornell Medicine di New York. (rdk)