Iron Dome, Sistem Pertahanan Anti Serangan Udara Milik Israel, Biaya Sekali Tembakan Senilai Rp1.1 Milyar

Iron Dome

SOROTAN||Legion-news.com Iron Dome milik negara zionis Israel kini menjadi sorotan, Selain sukses mempertahankan wilayah pertahanan udara Israel, pada sisi lainnya Iron Dome juga gagal menahan gempuran ribuan roket milik Hamas yang berhasil menembus beberapa kota di negara Yahudi tersebut.

Sejak kekerasan antara Israel dan Palestina kembali memuncak, langit malam di seputaran Gaza dan Tel Aviv makin sering merona merah oleh roket-roket yang berterbangan.

Lebih dari seribu roket ditembakkan dari Jalur Gaza dan terbang tanpa kendali di langit teritorial Israel. Sebagian besar meletup di udara, tanpa membahayakan warga sipil.

Iron Dome adalah sistem pertahanan anti serangan udara yang terdiri dari sebuah radar dan sebuah pusat kendali, yang mampu melayani hingga empat unit peluncur roket, yang masing-masing berisi 20 roket.

Advertisement

Sistem ini bertugas menganalisa arah dan lintasan terbang roket musuh dan mengirimkan informasi tersebut ke sistem peluncur roket penangkal. Proses ini terjadi dalam hitungan hanya beberapa detik. Bergantung dari lokasi tembakan, Warga Israel hanya punya waktu antara 15 hingga 90 detik untuk menyelamatkan diri sejak sirene bahaya dibunyikan.

ringan, Iron Dome bisa berpindah lokasi dengan relatif cepat. Saat ini terdapat sekitar 10 unit yang disebar di sekitar Israel, menurut pembuatnya, Rafael Defence Systems, sebuah perusahaan negara.

Iron Dome didesain untuk hanya mengintervensi roket yang mengancam pemukiman penduduk. Roket penghalau tidak membidik langsung, melainkan meledak di dekat roket sasaran, dan itu sebabnya menyisakan serpihan yang jatuh ke Bumi.

Sistem ini bisa menghalau roket yang ditembakkan dari jarak hingga 70 kilometer. Satu unit Iron Dome mobile yang diperkuat 60 buah roket dianggap bisa melindungi sebuah kota berukuran sedang.

Rafael Defense Systems mengklaim sistem buatannya memiliki tingkat keberhasilan 90 persen. Kepala otoritas pertahanan udara, Moshe Patel mengatakan selama sepuluh tahun terakhir, Iron Dome sudah menghancurkan 2400 roket.

Hujan roket yang dilancarkan Hamas dari Jalur Gaza memaksa sistem Iron Dome beroperasi hingga batasan kapasitas. Itu sebabnya meski efektif, sebagian roket masih berhasil menggempur sasaran di Israel.

Selain itu, analis luar negeri BBC, Jonathan Marcus, melaporkan bahwa unit pertahanan di Kota Ashkelon tampaknya tidak berfungsi karena gangguan teknis selama konflik bersenjata terkini antara Israel dan kelompok Hamas Palestina.

Kritikus mempertanyakan apakah tingkat kesuksesan Kubah Besi dalam menghalau hujan roket dari Gaza dapat dipertahankan bila Israel menghadapi lawan yang berbeda di lain waktu. Yonah Jeremy Bob, editor intelijen dari harian Jerusalem Post, mengatakan bahwa Hamas dan Hizbullah punya kapasitas meluncurkan lebih banyak roket dalam waktu yang lebih singkat, dan ini bisa membuat Kubah Besi kewalahan menghalau tembakan-tembakan rudal itu.

Yoav Fromer, pakar politik dari Universitas Tel Aviv, menyatakan bahwa ketergantungan pada sistem pertahanan itu malah menahan pemerintah Israel untuk mencari solusi jangka panjang secara politis untuk mengatasi konflik.

Salah satu kelemahan lain Iron Dome adalah untuk satu tembakan biayanya Rp1,1 miliar. Hal ini pula yang membatasai penggunaan sistem yang ikut dikembangkan oleh Amerika Serikat itu. (**)

Advertisement