JAKARTA||Legion-news.com Pemerintah terus lakukan vaksinasi diseluruh wilayah Indonesia, update data terkini Kementerian Kesehatan RI, yang telah di vaksinasi sejumlah 40.349.051 dari total yang akan di vaksinasi 181.554.465
Akumulasi kasus terkonfirmasi positif COVID19 hingga 27 Maret 2021 pukul 12.00 WIB ada 1.492.002 kasus dengan 1.327.121 sembuh dan 40.364 meninggal. Adapun wilayah terdampak yakni 34 Provinsi dan 510 Kabupaten/Kota.
Pengurus Pusat Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia, Prof Iris Rengganis mengatakan, masyarakat yang sudah menerima vaksinasi Covid-19 tidak perlu melakukan tes antibodi untuk memastikan apakah kekebalan terhadap virus corona sudah terbentuk atau belum.
Alasannya, pemeriksaan antibodi yang ada saat ini hanya mengukur antibodi keseluruhan, belum mampu memeriksa antibodi khusus yang terbentuk dari vaksinasi Covid-19.
Iris yang juga dokter spesialis penyakit dalam dari RSCM Jakarta, menjelaskan, antibodi yang terbentuk dari vaksinasi Covid-19 disebut sebagai antibodi netralisasi. Antibodi tersebut berfungsi menetralkan atau menghambat virus corona yang masuk ke dalam tubuh.
“Sebenarnya tidak ada gunanya untuk memeriksa antibodi before after vaksinasi karena pemeriksaan yang sekarang bukan untuk antibodi netralisasi, tapi kondisi antibodi keseluruhan,” kata Iris dalam webinar yang digelar Satgas Penanganan Covid-19 bidang perubahan perilaku bertema “Mengenali Risiko Covid-19 dan Rehabilitasi Medik Bagi Penyintas”, Sabtu (27/3/2021).
Iris mengatakan, pemeriksaan antibodi justru akan membingungkan bahkan menyesatkan karena bukanlah hasil sebenarnya. Dia menyebut pemeriksaan antibodi netralisasi membutuhkan reagen khusus yang belum beredar di laboratorium umumnya.
Oleh karena itu, ujarnya, memang sudah menjadi kesepakatan agar tidak perlu melakukan pemeriksaan sebelum atau sesudah vaksinasi Covid-19 kecuali untuk kepentingan penelitian atau saat alat standar pemeriksaan antibodi netralisasi sudah tersedia di Indonesia.
“Banyak membingungkan, antibodi saya jadi nol setelah vaksinasi. Antibodi vaksin Covid-19 terbentuk setelah 28 hari suntikan kedua, tapi bisa terlihat dengan reagen khusus, bukan yang ada di pasaran untuk melihat antibodi keseluruhan,” ujarnya.
Iris menegaskan vaksinasi Covid-19 tetap akan membentuk antibodi di dalam tubuh penerima, namun tidak perlu diukur kadar atau keberadaannya. Di Indonesia, ujar Iris, pemeriksaan antibodi netralisasi atau antibodi yang terbentuk setelah vaksinasi, baru dilakukan oleh Bio Farma.
Iris menjelaskan kadar antibodi mulai meningkat setelah suntikan pertama vaksin Covid-19, lalu menjadi semakin optimal saat suntikan kedua. Namun, antibodi baru mencapai tingkat adekuat atau netralisasi (protektif) akan membutuhkan waktu 14-28 hari setelah suntikan kedua vaksin Covid-19.
“Vaksin mati tidak bisa mereplikasi sendiri dalam tubuh sehingga perlu dirangsang lagi. Pada suntikan pertama muncul antibodi tahap tertentu, lalu dirangsang lagi baru muncul antibodi netralisasi,” kata Iris.
Iris mengatakan waktu pembentukan antibodi netralisasi bisa berbeda-beda pada tiap orang tergantung respons imunnya. Pada orang dengan usia lebih muda, mungkin bisa terbentuk lebih cepat. Namun kelompok lansia bisa lebih lambat membentuk antibodi netralisasi. (**)