LUWU UTARA — Kisah pilu di alami Hawiah bersama sejumlah warga lainnya telah bertahan di tenda pengungsian saat banjir kembali menerjang tempat tinggalnya sejak tiga bulan yang lalu.
Ia merupakan salah satu warga yang terdampak banjir di tiga desa di Kecamatan Malangke Barat dan Baebunta Selatan, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan.
Dilansir dari media smartnews.com, dirinya bersama warga yang mengaku memilih untuk mengungsi dengan mendirikan tenda di tempat yang lebih aman.
Katanya tempat tinggalnya sudah tidak layak huni, setelah dinding rumahnya sudah tidak utuh lagi akibat tergerus banjir.
Hawiah mengungkapkan, mereka belum pernah mendapat bantuan dari pemerintah setempat sejak mulai mengungsi. Untuk menyambung hidup di tenda pengungsian, mereka patungan untuk membeli makan seadanya.
Atas kejadian tersebut, Rezki Halim Aktivis Pemuda Luwu Utara ini mempertanyakan peran pemerintah daerah kepada warganya yang terdampak banjir.
“Dimana bentuk kepedulian Bupati dan Wakil Bupati Luwu Utara, kenapa bisa hingga berbulan-bulan ada warga yang hingga saat ini belum sama sekali mendapat bantuan dari pemerintah daerah,” kata Rezki ke wartawan, Selasa (21/03).
Lebih lanjut menurut Aktivis Pro Demokrasi (Prodem) ini kalau Indah-Suaib selama menjabat tidak memiliki konsep penanganan banjir yang efektif di Luwu Utara, paling tidak Pemerintah daerah memiliki kepekaan dan kepedulian.
“Sudah banyak kerugian material yang di alami masyarakat Luwu Utara, rumah yang hanyut hingga rusak tak layak huni, belum lagi keselamatan nyawa yang selalu mengancam ketika banjir datang, kok tegah sekali ada kepala daerah yang tidak punya rasa peduli seperti itu,” kesal pentolan aktivis Mahasiswa Unanda Palopo ini.
Ia berharap kepada pemerintah daerah agar tidak tutup mata terhadap apa yang di alami masyarakat di tiga desa di Kecamatan Malangke Barat dan Baebunta Selatan. (**)